Kamis, 08 Maret 2012

Awang Sulung Merah Muda


Awang Sulung Merah Muda adalah anak Raja Bandar Mengkalih. Semasa ia dilahirkan, orang tuanya sudah mangkat. Ia dibesarkan oleh Datuk Batin Alim bersama dengan anak perempuannya sendiri yang bernama Putri Dayang Nurahma. Sesudah besar, Awang Sulung Merah Muda diserahkan pada guru untuk mengaji, belajar kitab nahu dan mantik. Kemudian belajar pencak silat pula. Semuanay dipelajari dengan cepat sekali. Pada suatu hari gigi Awang Sulung Merah Muda disahkan. Selang beberapa lama, Datuk Batin Alim meminta Awang Sulung Merah Muda membayar belanja mengasah gigi. Karena tiada mempunyai uang, Awang Sulung Merah Muda lalu disuruh mengerjakan pekerjaan yang berat. Biarpun Datuk Batin Alim masih tidak puas hati dan mau membunuh Awang Sulung Merah Muda. Awang Sulung Merah Muda melarikan diri. Dengan bantuan Putri Dayang Seri Jawa, ia pun melunaskan hutangnya.
Selanjutnya Awang Sulung Merah Muda pun menjadi orang suruan Putri Dayang Seri Jawa. Putri Dayang Nurahma yang menaruh kasih pada Awang Sulung Merah Muda tidak rela Awang Sulung Merah Muda diambil orang begitu saja. Maka berperanglah kedua putri itu di tengah laut selama tujuh hari tujuh malam lamanya. Awang Sulung Merah Muda takut kalau-kalau salah seorang putri itu terluka atau mati, lalu ia memisahkan mereka. Tidak lama sesudahnya, Putri Dayang Seri Jawa pun dikawinkan dengan Awang Sulung Merah Muda. Selanjutnya Awang Sulung Merah Muda berkawin dengan Putri Dayang Nuramah dan dua orang putri lain, yaitu Putri Pinang Masak dari Pati Talak Trengganu dan Putri Mayang Mengurai dari Pasir Panjang. Maka sangatlah kasih Baginda akan keempat istrinya itu, tiada pernah bercerai.
Pengorbanan Anak
Jika dulu aku tak pernah berani bermimpi sekolah ke Prancis, jika dulu aku tak menagakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini, sedangkan berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunung timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu mengantikan tugas ayahnya, turun temurun menjadi kuli kasta terendah, aku selalu dihina oleh orang-orang disekitar. Aku menolak semua itu.

Cirebon Kota Udang

Pada jaman dahulu, ada seorang raja yang tidak mempunyai anak. Namun raja itu adalah Prabu Barmawijaya. Kerajaannya terletak didaerah Priangan, Jawa Barat. Ketika sedang berburu, raja itu ingin buang air kecil. Tanpa disengaja, air seninya tertmpung di dalam tempurung kelapa. Kemudian, air seni itu diminum oleh seekor rusa betina. Akibatnya, rusa itu mengandung. Ia melahirkan anak wanita yang sangat cantik. Anak itu ditemukan oleh raja, ketika sedang berburu. Dia diangkat sebagai putri. Namanya Dayang Sumbi. Saetelah dewasa, Dayang Sumbi menyendiri di hutan. Di tempat itu, dia menenun kain. Ketika sedang menenun, anak toraknya jatuh masuk kolong. Dia malas untuk mengambilnya karena letih. Tnpa berpikir ia mengeluarkan janji. Siapa saja yang dapat memungut torak akan diberi hadiah. Jika perempuan dijadikan saudara dan jika laki-laki dijadikan suami. Tumang, anjing kesayangannya berhasil mengambil torak itu. Akhirnya, Tumang dijadikan suaminya.
Dayang Sumbi dan Tumang mempungai anak yang tmpan. Namanya Sangkuryang. Namun, Sangkuryang mengecewakan orang tuanya. Dia membunuh ayahnya. Akhirnya, Sangkuryang diusir ibunya. Setelah dewasa, Sangkuryang kembali ke kampung. Ia bertemu dengan wanita yang sangat cantik. Keduanya jatuh cinta. Akan tetapi, wanita itu tahu kalau laki-laki itu anaknya. Wanita itu adalah Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tidak mau menikah. Ia menyuruh Sangkuryang membuat perahu dalam satu malam. Sangkuryang sangat sakti. Dia akan dapat melakukan permintaan Dayang Sumbi. Akan tetapi, Dayang Sumbi berusaha menggagalkannya.  Dayang Sumbi berhasil menggagalkan usaha putrannya. Di tengah malam, Dayang Sumbi menumbuk padi. Itu membuat ayam-ayam jago di desa berkokok. Ayam jago mengira hari sudah pagi. Dayang Sumbi membuat fajar di ufuk timur. Caranya dengan melambai-lambaikan selembar seledang putih. Sangkuryang kecewa mengira tugasnya gagal. Ia menyepak perahu yang hampir selesai itu. Perahu terbalik dan menimpah dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar